Pecah busi ala pemakai Vespa klasik sebenarnya adalah cara darurat yang bisa dipakai jika pengapian benda satu itu bermasalah di tengah jalan. Apalagi jika lokasi jauh dari tempat servis dan toko suku cadang.
Busi yang dipecahkan memang masih bisa digunakan. Namun, bagaimana sistem kerjanya, hal tersebut menurut Technical Support PT NGK Busi Indonesia, perlu juga untuk diketahui.
Elektroda kan mengalir dari sini (bagian tengah dari ujung ke ujung). Namun ada suatu masa, listrik udah enggak bisa lagi ngalir ke situ. Kemudian kita pecahkan bagian ini (beling putih).
Efeknya, pada saat busi sudah mengalami keausan, otomatis sentra elektrodanya akan turun. Listrik jadi berkerja ekstra mengalirkan listrik di antara kedua elektroda.
Di (balik) isolatornya itu kan ada bagian metal. Karena busi sudah aus tidak bisa mengalirkan listrik, listriknya keluar dari situ (bagian yang dipecahkan) akhirnya jarak (aliran listrik) mendekat.
Namun perlu diketahui, listrik itu sebenarnya keluar dari samping. Bisa dibayangkan, jika tadinya titik keluar di ujung, sekarang jadi samping.
Di piston yang tadinya (titik api) ada di titik tengah, kemudian bergeser ke samping kiri, naik ke atas, atau pindah. Otomatis pergerakan piston tidak balance.
Memecahkan busi ini pun hanya bersifat darurat. Pasalnya, efeknya menimbulkan perbedaan kecepatan dan perbedaan rasa.
Memang dentumannya jadi gede. Tapi sebenarnya dentumannya bukan dimulai dari titik fairing point-nya, tapi di samping. Otomatis apinya itu sudah langsung menghantam bagian dinding-dinding inner. Makanya tidak direkomendasikan, kecuali kita di hutan ya. Enggak ada bengkel, servis, dan spare parts.
Komentar
Posting Komentar