Berkepala Truk Dan Anti Peluru, Bus Perang ala Pekerja Tambang Papua

(oto.detik.com)
Kondisi alam di bumi Papua, khususnya yang menghubungkan Timika dan Tembagapura, begitu ekstrem. Trek curam dan lontaran peluru dari senapan tak dikenal setiap saat bisa menghadang.
Alhasil, untuk bisa melewati jalur ini butuh transportasi khusus. Seperti bus yang disiapkan oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk mengangkut pekerja mereka.
Dilansir DetikOto (30/8/2018) Ketika pertama kali melihat bus ini, ukuran 'extra large'. Ya, tongkrongan bus ini memang jauh lebih besar dari bus pada umumnya yang beredar di jalanan kota. 
Bus pengangkut pekerja freeport di Papua (oto.detik.com)
Selain itu, perbedaan juga terdapat dari kepala bus tersebut yang sejatinya merupakan sebuah truk bermerek Western Star dari Amerika Serikat dan Iveco dari Italia.
Bus dan truk bergabung jadi satu (oto.detik.com)
Freeport memang khusus mendesain bus ini, dimana mereka mengimpor bus-bus untuk kemudian menyambungnya dengan badan bus yang dilakukan oleh perusahaan karoseri lokal Papua.
Bus pengangkut pekerja freeport di Papua (oto.detik.com)
Layaknya mau terjun ke medan perang, setiap armada bus ini lantas dilengkapi dengan lapisan anti peluru yang mengerubungi seluruh bodinya hingga ban. Adapun di bagian jendela samping, hanya disisakan bagian 1/8 di sisi atas jendela untuk cahaya masuk.
Selain itu, para pengemudinya juga dilengkapi armor yang tak kalah lengkap meski sudah berlindung di balik kaca anti peluru. Mereka dibekali dengan kevlar hingga helm anti-peluru. 
Pengemudi pakai rompi pelindung (oto.detik.com)
Bus ini beroperasi setiap hari mengantar penumpang mulai dari Bandara Moses Kilangin di Timika yang ada di dataran rendah atau Terminal Gorong Gorong menuju Tembagapura di dataran tinggi.
Mirip Kendaraan Perang (oto.detik.com)
Ketika melintas, bus-bus ini harus jalan beriringan, dimana posisi terdepan akan dipimpin oleh pihak keamanan bersenjata lengkap.
Perjalanan Timika-Tembagapura di Papua sendiri ditempuh dalam waktu 2,5-3 jam dengan kecepatan tak lebih dari 40 km/jam. Maklum saja, kondisi jalan berbatu, berliku dengan tanjakan curam membuatnya jauh lebih menantang. 

Komentar